Melempar jumrah adalah salah satu rukun wajib dalam ibadah haji yang sarat akan makna. Ritual ini melambangkan tindakan Nabi Ibrahim AS saat mengusir setan yang mencoba menghalanginya untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Setiap lontaran kerikil diiringi dengan doa sebagai wujud ketaatan dan permohonan kepada Allah.
Bagi setiap jamaah haji, mengetahui bacaan doa melempar jumrah yang benar adalah hal yang sangat penting agar ibadah yang dijalankan menjadi lebih sempurna dan khusyuk.
Artikel ini akan memberikan panduan lengkap mengenai bacaan doa saat melempar jumrah dalam tulisan Arab, Latin, beserta artinya untuk kemudahan Anda dalam menghafal dan memahaminya.
Bacaan Doa Saat Setiap Lontaran Kerikil
Doa utama dan yang paling singkat yang dibaca setiap kali Anda melempar satu kerikil ke tiang jumrah (baik itu Jumrah Ula, Wustha, maupun Aqabah) adalah bacaan takbir.
بِسْمِ اللهِ، اَللهُ أَكْبَرُ
Latin: Bismillāhi, Allāhu Akbar.
Artinya: “Dengan nama Allah, Allah Maha Besar.”
Doa ini diucapkan bersamaan dengan setiap dari tujuh lontaran kerikil pada masing-masing tiang jumrah. Ini adalah doa yang meniru apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebagai wujud pengagungan kepada Allah dan penghinaan terhadap setan.
Doa Panjang Setelah Melempar Jumrah Ula dan Wustha
Setelah selesai melempar tujuh kerikil di Jumrah Ula dan Jumrah Wustha, disunnahkan bagi jamaah untuk berhenti sejenak, menghadap kiblat, dan memanjatkan doa yang lebih panjang. Berikut adalah salah satu doa yang sering dipanjatkan:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا.
Latin: Alhamdulillāhi hamdan katsīran thayyiban mubārakan fīh. Allāhummaj-‘alhu ḥajjan mabrūran wa dzanban maghfūran wa sa’yan masykūrā.
Artinya: “Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, yang baik, dan diberkahi di dalamnya. Ya Allah, jadikanlah (ibadah) ini haji yang mabrur, dosa yang diampuni, dan usaha yang disyukuri.”
Catatan Penting:
- Doa panjang ini dibaca setelah selesai melempar di Jumrah Ula dan Jumrah Wustha.
- Setelah melempar di Jumrah Aqabah (pada tanggal 10 Dzulhijjah dan hari Tasyrik), jamaah tidak disunnahkan untuk berhenti berdoa di tempat, melainkan langsung meninggalkan lokasi.
Tata Cara Singkat Melempar Jumrah
Untuk memastikan ritual Anda sah, perhatikan tata cara berikut:
- Niat: Lakukan niat melempar jumrah karena Allah SWT.
- Kerikil: Gunakan 7 kerikil untuk setiap tiang jumrah.
- Lontaran: Lemparkan kerikil satu per satu, bukan sekaligus.
- Bacaan: Ucapkan “Bismillāhi, Allāhu Akbar” pada setiap lontaran.
- Urutan (pada hari Tasyrik): Mulai dari Jumrah Ula (yang terkecil), lalu Jumrah Wustha (yang tengah), dan terakhir Jumrah Aqabah (yang terbesar).
Baca tata cara lempar jumrah secara lengkap disini.
Makna dan Hikmah Melempar Jumrah
Ritual melempar jumrah bukan sekadar melempar batu. Di baliknya terkandung makna yang mendalam, di antaranya:
- Mengenang Perjuangan Nabi Ibrahim AS: Meneladani keteguhan iman Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan Nabi Ismail AS dalam melawan godaan setan.
- Simbol Perlawanan Hawa Nafsu: Setiap lontaran adalah simbol penolakan terhadap bisikan setan dan hawa nafsu yang ada dalam diri.
- Pengagungan Allah: Mengumandangkan takbir di setiap lontaran adalah bentuk pengakuan atas kebesaran Allah SWT di atas segalanya.
BACA JUGA: Apakah Lempar Jumrah Boleh Diwakilkan (Badal)?
Kesimpulan
Membaca doa melempar jumrah dengan lafal dan pemahaman yang benar akan menambah kekhusyukan dan nilai ibadah haji Anda. Bacaan inti pada setiap lontaran adalah takbir, “Bismillāhi, Allāhu Akbar”. Sementara itu, doa yang lebih panjang dapat dipanjatkan setelah melempar di Jumrah Ula dan Wustha.
Semoga panduan ini memudahkan para jamaah haji dalam melaksanakan salah satu rukun penting dalam perjalanan spiritual di Tanah Suci. Semoga menjadi haji yang mabrur.